Sebuah uraian dan refleksi teologis atas ‘penderitaan’ umat Pilihan Allah serta tindak lanjutnya sebagai umat yang hidup pada zaman ini. Pendahuluan Maromak La Toba! [1] , Gusti ora Sare (Tuhan tidak pernah tidur!) sebuah ungkapan klasik yang menjadi dasar teologi yang saya anut sejak dulu. Ketika dalam keadaan sukacita dan bahagia dalam sebuah kemujuran atau nasib baik, kita pun akan dengan mudah mengucapkan ungkapan “Ya! Benar, Tuhan tidak pernah tidur! Ia akan selalu memperhatikan anak-anaknya.” Begitu pula pada saat kondisi malang dan menderita, dengan ratap pun kita akan terus menerus minta pertolongan dengan kepercayaan bahwa Tuhan pun tidak pernah tidur. Dalam paper singkat ini, saya tertarik untuk mengambil tema penderitaan yang menjadi center atau sorotan utama dalam pembahasan dan refleksi teologis saya nantinya. Untuk lebih spesifiknya, sorotan kali ini akan tertuju pada bangsa Israel (baca: Yahudi) sebagai umat perjanjian Allah serta yang menjadi titik pijak Perja...